Beberapa waktu yang lalu, teman
saya yang bernama Dhio Mulya (Dhio) mendatangi Yogyakarta untuk liburan
seminggu dari Bandung. Termasuk tamu yang berlibur cukup lama, padahal masa itu
bukan masa liburan kuliah, yang diketahui ternyata dia membolos, subhanallah. Cukup
banyak juga destinasi yang kita kunjungi, karena permintaannya yang terlalu
banyak. Disini saya akan menceritakan beberapa destinasi yang kemarin kami
kunjungi.
Destinasi pertama adalah Candi
Ijo, yang mana merupakan candi tertinggi di Yogyakarta. Tinggi dari candi ini
kurang lebih 410 m diatas permukaan laut. Tim jalan-jalan pada saat itu adalah
saya, Ramadhani Ryan Akhmad (Nyonyon), Sandra Agustina (Sandra) dan Dhio. Kami berangkat
dari Jogja sekitar jam 16.30, sangat sempit memang waktunya. Ditambah lagi
dengan harus berkumpul di kost Nyonyon terlebih dahulu. Jam 16.30 kami
berangkat dengan kecepatan tinggi ke timur, melewati Jln. Solo dan Bandara Adi
Sucipto. Waktu yang harus ditempuh untuk mencapai Candi Ijo kurang lebih 40
menit dari Jogja dengan kecepatan standar, tapi kita bisa membuatnya lebih
cepat tergantung dari keadaan jalan juga.
Sampai di pertigaan Candi
Prambanan, kami mengambil jalan ke selatan, arah ke Candi Ratu Boko. Tapi bedanya
kalau kita mau ke arah Candi Ratu Boko akan mengambil belokan pertama ke kiri,
sedangkan untuk ke Candi Ijo kita harus mengambil jalan ke kanan. Nanti jalannya
akan melewati desa-desa dan akhirnya kita akan melewati jalan ‘menanjak super
tanpa jalan datar’ sampai candinya. Bagi motor-motor tua berhati-hatilah,
karena motor saya yang hanya Supra Fit cupu akhirnya harus berkali-kali
berhenti karena rantai yang selalu copot. Setelah sampai diatas, dijamin bau
motor kalian akan sangat berbeda, hangus.
Sesampainya di candi, kita harus
mengisi buku tamu di pos satpam sebagai pengarsipan. Candi Ijo ini belum
komersial, jadi tidak ada retribusi sedikitpun (bahkan parkir) di lokasi ini. Padahal
menurut saya situs Candi Ijo ini termasuk besar dan beragam. Selain Candi Ijo
juga terdapat beberapa reruntuhan candi yang belum dibangun. Candi Ijo sendiri
terdiri dari 3 candi anak dan 1 candi utama, tersusun rapi seperti pasukan yang
menjaga rajanya. Candi ini juga termasuk candi Hindu, tapi saya juga kurang
mengerti apakah masih sering digunakan untuk ibadah umat Hindu, karena
mayoritas penduduk kampung sekitar adalah Muslim.
Candi Ijo menghadap tepat ke arah
barat. Menurut saya disini adalah tempat yang sangat indah untuk melihat
sunset, walaupun saya belum pernah menikmati sunset disini karena langit yang
tidak bersahabat. Dari candi kita juga bisa melihat landasan udara Adi Sucipto
dibawah. Menurut beberapa berita yang saya baca, candi ini merupakan alasan
kenapa bandara adi Sucipto tidak bisa diperpanjang ke arah timur.
Tidak terasa kami hampir
menghabiskan waktu hampir 1 jam disana. Candi ini tutup sebelum mahgrib, karena
itu begitu langit mulai gelap, satpam akan berputar dan memperingati semua
pengunjung untuk pulang. Sayang sekali padahal pemandangan malam dari candi ini
mungkin bisa menjadi sangat indah. Tapi menghargai peraturan di sebuah destinasi
wisata juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga dunia pariwisata kita
bukan? :smile
Fajar Kurniawan, Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada
0 comments:
Posting Komentar