#Kakipencot : Punthuk Stumbu yang Selalu Mempesona

Saya, Dhio dan Nyonyon mengahadap ke pemandangan pagi di Punthuk Stumbu
Pagi itu sekitar jam 01.45 pagi, saya terbangunkan alarm yang sengaja saya setel malam sebelumnya untuk berkicau pada jam itu. Rencana saya pada hari itu adalah memburu sunrise di Punthuk Stumbu Magelang, tempat dimana kita bisa melihat Candi Borobudur dari atas bukit. Perjalanan ini diikuti oleh 2 teman saya yaitu Dhio dan Nyonyon. Di hari yang masih dini, saya mencuci muka dan bergegas untuk ke meeting point di Jln. Kaliurang. Pukul 02.00 kamit bertemu, dan langsung memacu motor kami ke arah Jln. Magelang. Sepanjang perjalanan, udara pagi benar-benar sangat menusuk, membuat saya harus mengurangi kecepatan supaya tidak menggigil.

Sekitar 40 menit perjalanan yang sangat lancar kami tiba di gapura Kawasan Wisata Candi Borobudur. Lalu karena subuh masih terlalu lama, kami sempat berhenti untuk menangkap beberapa gambar bintang di tengah jalan. Dan akhirnya kami mencari warung yang masih buka di sekitar pasar di dekat candi. Walaupun masih sekitar jam 03.00, tapi aktivitas pasar sudah ramai sekali, dan hanya ada satu warung yang buka sebagai pusat orang-orang pasar istirahat duduk atau sekedar minum teh panas.

Kami minum beberapa teh panas di warung tersebut sambil berbincang dengan bapak pemilik warung. Kata si bapak, bahkan dia sendiri belum pernah mengunjungi Punthuk Stumbu, jelasnya sambil tertawa. Orang-orang sekitar Borobudur ada juga yang sangat baik hati menawarkan pengantaran menuju lokasi tersebut, tapi tidak sedikit juga yang bahkan tidak tahu tempat yang sudah terkenal di luar Indonesia itu.

Jam 04.20 Subuh mulai berkumandang, kami segera menghabiskan beberapa nasi kucing dan gorengan di warung itu dan bergegas untuk pamit kepada bapak pemilik warung. Setelah melaksanakan ibadah solat Subuh, kami melanjutkan perjalanan yang kira-kita sekitar 15 menit dari kawasan Candi Borobudur. Dari pertigaan Borobudur kami mengambil jalur ke arah kiri, nanti akan ada petunjuk ke arah ‘Borobudur Nirvana Sunrise’. Jalan menuju kesana memang melewati daerah pedesaan yang lumayan sepi, tapi harus diketahui bahwa sangat banyak orang yang berkunjung kesana di waktu seperti ini.

Kami memasuki Desa Ngadiharjo (kalau tidak salah) dan mulai memasuki jalan desa yang menanjak terus sampai ke ujung jalan. Sesampainya di ujung, ternyata sudah banyak puluhan motor dan belasan mobil terparkir rapi di halaman parkir. Kami langsung menuju ke loket dan membayar tiket sebesar Rp. 15.000 untuk domestik, sedangkan untuk mancanegara sebesar Rp. 30.000. Dari loket kami harus berjalan sekitar 10 menit untuk sampai ke puncak bukit. Jalannya tidak sulit karena sudah banyak yang disemen dan diratakan. Pengunjung dapat dengan mudah melintasinya dibandingkan seperti tahun-tahun lalu.

Sampai di puncak bukit, sudah banyak orang-orang yang menunggu sunrise dari arah timur bukit. Terlihat pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu berdiri kokoh tepat di depan kami. Cerahnya langit pagi hari membuat bayangan gunung-gunung tersebut semakin misterius menyembunyikan keindahannya.

Pemandangan landscape Merapi dan Merbabu + Candi Borobudur
Saya dan Dhio langsung bergegas menyiapkan gear kami masing-masing sambil menantikan sunrise yang beberapa menit lagi akan muncul. Dibandingkan dengan pertama kali saya kesini, jumlah pengunjung pada hari itu tidak terlalu banyak, kebanyakan adalah anak-anak SMP yang sedang melakukan study tour. Sedangkan pengunjung sisanya kebanyakan juga adalah mahasiswa yang sedang berlibur.

Bayangan Candi Borobudur perlahan mulai nampak dari balik kabut-kabut tipis di sekitarnya. Terlihat jelas lekukan khas candi yang membuatnya tampak seperti lukisan. Suara shutter setiap kamera di tempat itu mulai berbunyi dan menghiasi suasana di pagi itu. Matahari perlahan nampak dari balik sisi selatan Gunung Merapi. Dan wow! Matahari yang muncul bulat jernih tanpa ditutupi awan sedikitpun. Di momen seperti ini saya mencoba membuat sebuah time-ellapsed dengan menangkap seluruh landscape Merapi dan Merbabu sementara Dhio sedang mengambil gambar Candi Borobudur dengan lensa Nikon 18-200 3.5-5.6 milik saya.

Candi Borobudur mengintip di balik kabut
Semakin siang, matahari semakin meninggi, dan kami pun sudah sangat puas mengambil gambar pemandangan pagi ini. Karena perut semakin lapar, maka kami memutuskan untuk langsung kembali ke Jogja, tetapi sempat menikmati sop empal di Muntilan terlebih dahulu. Kami tiba di Jogja sekitar jam 11 siang, dan langsung beristirahat karena sorenya kami berencana akan mendaki Gunung Api Purba Nglanggeran, tunggu postingan selanjutnya! :D

Narsis Lah!
Sayang momennya kalo ga foto-foto!
Fajar Kurniawan, Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada

0 comments:

 

Link Travel Bloggers Indonesia

Travel Blogger Indonesia

Kunjungi Saya Juga Disini!

Flickr Fakur! Tumblr Fakur!

Atau Disini!


Soundcloud Fajar Kurniawan!

Twitter Fajar Kurniawan!