Penampakan kami sebelum melakukan rafting (Bagus, Nyonyon, Jeanie, Sandra, Dhio, Saya) |
Rencana jalan-jalan kali ini
adalah satu-satunya perjalanan yang direncanakan secara matang untuk menyambut
teman-teman kami (Dhio dan Bagus) yang sedang berlibur di Jogja. Kami berangkat
dengan menggunakan mobil dari Jogja sekitar jam 13.00 dengan jumlah peserta
kali ini adalah 6 orang. Antara lain yaitu adalah Saya, Nyonyon, Sandra
Agustina (Sandra), Jeanie Serena (Jeni), Dhio, dan Bagus Adrian (Bagus). 6
orang juga merupakan batasan bagi peserta rafting
sesuai dengan kapasitas perahu yang nantinya akan kami naiki.
Kami tiba di meeting point di sebuah tempat makan yang cukup besar yang berada
di pinggir jalan ke arah Candi Borobudur. Disana kami menunggu dengan agen yang
kami hubungi, untuk mengkonfirmasi kedatangan kami. Dari meeting point, kami dibawa ke pos 1 menggunakan angkot yang membawa
perlengkapan-perlengkapan rafting
berserta perahunya. Seluruh barang kami tinggalkan di mobil, sehingga kami
hanya sekedar membawa baju yang menempel di badan. Apabila dalam keadaan
seperti ini kami tersesat, maka habislah sudah *zonk*.
Kami tiba di pos 1 sekitar jam
14.30. Bersamaan dengan kami ada juga 3 kelompok orang yang juga bertujuan sama
dengan kami. Setibanya disana, kami disuruh langsung mempersiapkan peralatan
masing-masing untuk rafting berupa
helm, safety vest, dan dayung. Selama
kurang lebih 15 menit pemandu utama melakukan briefing singkat terhadap kami terkait tata cara rafting, peraturan selama berjalan, dan
panduan keselamatan. Setelah briefing,
kami langsung digiring ke sungai, dimana sudah terdapat 4 perahu karet yang
siap dengan masing-masing pemandunya.
Briefing pertama dengan pemandu di pos 1 |
Kami menaiki perahu terakhir,
karena kami juga termasuk rombongan ‘yang tidak punya teman’, sehingga tidak
begitu penting bagi kami untuk bersama-sama dengan kelompok yang lainnya.
Masing-masing orang menempatkan posisinya dan mulai belajar untuk mendayung.
Bukan hal yang sulit sebenarnya untuk mendayung sebuah perahu seperti ini,
tetapi yang menjadi sulit adalah menyamakan pikiran dari 6 orang yang berada di
atas perahu.
Narsis di arus yang tenang |
Tidak banyak yang bisa saya
ceritakan selain suasana sepanjang perjalanan yang benar-benar sangat mempesona
karena belum terjamah oleh masyarakat umum. Jeram yang ada di saat itu juga
termasuk kategori sedang. Kata pemandu kami, arus paling besar dapat terjadi
ketika turun hujan lebat. Namun bagi saya arus seperti ini sudah sangat
menyenangkan, terlebih kita melewatinya bersama dengan teman-teman terdekat.
Jeram deras? hajar terus! |
Kami tiba di pos terakhir sekitar
jam 17.30. Seharusnya durasi waktu permainan kami bisa lebih lama, karena ada 1
pos istirahat yang di skip ketika mau
berhenti dengan alasan sudah terlalu sore. Jadi apabila permainan kami ditotal
waktunya hampir 2,5 jam selama di sungai. Sesampainya di pos terakhir kami
langsung disambut dengan snack ringan
dan minuman, serta dilanjutkan perjalanan kembali ke basecamp semula. Paket permainan rafting ini dikenakan biaya sebesar Rp 600.000 untuk keseluruhan,
plus Rp 150.000 apabila kita ingin mencetak dan meminta foto-foto selama
permainan. Harga tersebut sudah termasuk snack
dan makanan malam saat selesai permainan.
Kami selalu sadar kamera, terutama jeni :3 |
Secara keseluruhan permainan ini
sangat menyenangkan dan melelahkan. Selama 2,5 jam kita harus tetap mendayung
perahu mengikuti arus sampai dengan pos terakhir. Itu benar-benar sangat
membuat tangan dan badan kita menjadi mati rasa. Yang menarik dari kegiatan rafting ini adalah kita dapat mengenal
kelompok-kelompok lain secara otomatis tanpa kita harus berusaha untuk
mengenalnya. Sebenarnya faktor lain adalah karena kelompok kami merupakan
kelompok yang satu-satunya membawa perempuan. Maka dari itu, kelompok kami
selalu menjadi sasaran ”ngeceng” bagi pria-pria kesepian di kelompok lain. Tapi
permainan ini sangat menarik dilakukan apabila kita dalam rombongan besar.
Badan kita yang seluruhnya hampir beraktivitas sepanjang permainan akan membuat
kesan permainan yang melelahkan tapi menjunjung tinggi kebersamaan. :cheer
"Sadarlah, sebenarnya kebersamaan itu tidak bisa dibeli oleh apapun"
-Fajar Kurniawan, Mahasiswa Teknologi Pertanian,
Universitas Gadjah Mada-
0 comments:
Posting Komentar