Bristol,
salah satu kota terbesar di bagian South-West England. Tapi mengapa saya sebut
kota penuh seni? Pertama kali saya menginjakkan kaki di Bristol, saya langsung
menuju ke town centernya untuk bertemu dengan kenalan Bangput.
Di kota,
ada beberapa hal menarik yang saya temui. Yang pertama, kota Bristol sangat “kota”
selayaknya London atau Jakarta. Memang tidak terlalu banyak, tapi Bristol
memiliki beberapa bangunan tinggi ditengah kotanya.
Air terjun (?) |
Selain
gedung, Bristol juga memiliki kolam unik taman yang menurut saya sangat
berseni! Pada dasarnya itu hanyalah sejenis air mancur di kolam, namun dibuat
semakin menurun dengan level seperti piramid. Lampu di samping-samping kolam ini
juga akan bersinar apabila hari sudah mulai gelap, yang akan membuat kolam ini
menjadi semakin cantik.
Bagi
kalian yang menggemari seni graffiti, Bristol adalah tempat dimana karya-karya
graffiti berkumpul dari seniman yang bernama Banksy. Karyanya yang paling
terkenal di kota ini bernama Well Hung Lover. Graffiti ini dilukis pada sebuah
dinding bangunan yang cukup tinggi, dan memang terlihat sangat mencolok! (lihat
foto)
Well Hung Lover |
Lalu
ada lagi satu hal yang sangat menarik perhatian saya, karena menurut saya ini
adalah sesuatu yang super “nyeni”. Di sore hari, kami sempat berjalan-jalan ke
gereja di dekat semacam gedung parlemennya. Tepat didepan gereja, terdapat dua
pohon yang lumayan besar yang menarik perhatian saya. Namun bukan pohonnya yang
menarik, melainkan “sesuatu” yang ada di pohon itu. Apa itu?
Gereja di taman |
Pohon keramat! |
Sepatu!!
Iya benar itu sepatu! Dan tidak hanya satu, ada banyak! Saya sempat siyok
melihat begitu banyak sepatu di pohon. Langsung banyak pertanyaan terbesit di
pikiran saya. Bagaimana mereka bisa disana? Siapa yang menaruhnya? Ada berapa
jumlahnya? Sudah berapa lama? Siapa yang bertanggungjawab? Kenapa dibiarkan? Eh
ada sepatu bagus, gimana cara ambilnya? Dimana bapaknya? Siapa ibunya? Kenapa adik
saya tidak naik kelas? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Sepatu(s) bertengger di pohon |
Awalnya
saya pikir sepatu-sepatu itu adalah burung yang sedang bertengger di pohon
sambil menunggu sunset. Eh lha tapi kok burungnya seperti tidak punya kepala,
dan banyak yang bertumpuk. Ternyata eh ternyata itu semua sepatu.
Dijelaskan
oleh kenalan Bangput, sepatu-sepatu itu adalah milik para pelajar di Bristol
yang mempunyai culture dalam selebrasi kelulusannya untuk melempar sepatu
ke pohon. Ada yang melempar kedua sepatunya, ada yang melempar hanya sebelah,
ada yang melempar sepatu temannya, ada juga yang mengambil sepatu orang, lalu
melemparkannya kembali, sungguh aneh.
Yang lulus pasti borongan |
Lalu
dijelaskan lebih lanjut kalau tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, tetapi
jumlah sepatu di pohon itu selalu konstan. Karena seiring dengan banyak
sepatu-sepatu segar berdatangan, banyak juga tukang-tukang sampah atau homeless
yang mengambil sepatunya, jadi seimbang.
Sungguh,
ini merupakan sesuatu yang baru bagi saya. Jika nanti saya lulus, harus kemana
saya lempar sepatu ini? Ke laut? Nanti malah balik lagi.
- Fajar Kurniawan, Postgraduate Student
of International Risk Management and Finance, Bournemouth University, United
Kingdom -
0 comments:
Posting Komentar