Bournemouth Pier |
Di 2016 ini, saya telah berada di
tempat yang bahkan sama sekali belum pernah terpikirkan sedikitpun untuk
tinggal. Yup, kira-kira 1 bulan yang lalu saya baru saja mendaratkan kaki di
tanah kelahiran The Beatles, pelabuhan terakhir Mahakarya Titanic, saksi hidup
dari band legendaris Queen dan tempat dimana ditentukannya patokan waktu
seluruh dunia, United Kingdom.
Lucunya, saya hampir sulit membedakan
apakah ini mimpi atau bukan. Setiap terbangun dari tidur, saya masih berpikir
akan terbangun di kamar kostan 3 x 3 kesayangan saya di Karangbendo, atau di
sofa yang sangat membuat gatal di Blok G1/19 Bekasi. Bahkan sesekali saya
berpikir akan terbangun dan melihat seseorang disamping saya, tapi sayangnya
itu terlalu drama.
Ini bukan kamar 3x3 ataupun sofa gatal |
Saya sangat bersyukur bisa
mendapatkan kesempatan yang sangat berharga untuk hidup di Negri orang. Karena
saya tahu bahwa United Kingdom atau Inggris merupakan primadona bagi para
pemburu sekolah di Indonesia, dan tidak sedikit orang-orang yang sangat cocok
dengan Negara ini dan memilih untuk menetap. Walaupun begitu, satu prinsip yang
saya pegang adalah : “Belajar mencintai Negri sendiri adalah dengan hidup di
Negri orang dan merasakan jauh dari tanah air”, karena seseorang tidak akan
pernah merasa memiliki sampai mereka merasa kehilangan bukan?
Terlepas dari semua itu, hidup di
Negri orang jelas tidak semudah yang kita lihat di film-film. Bukan sekedar
hidup bersenang-senang berkeliling Negara tersebut, dan mengunjungi tempat–tempat
so sweet bersama pasangan. Memang betul, kita tidak boleh lupa untuk
bersenang-senang dalam keadaan apapun itu, tetapi masih banyak hal yang tidak
digambarkan tentang perjuangan mereka hidup di luar Negri. Contoh kecil adalah
adanya culture shock, baik terhadap lingkungan, makanan, cuaca, gaya
hidup, mata uang ataupun perbedaan-perbedaan lain yang signifikan dengan Negara
asalnya.
Bournemouth Beach |
Sedikit cerita, saya juga sedikit
mengalami culture shock disini, di sebuah kota kecil bernama
Bournemouth. Selama seminggu awal saya sama sekali belum bisa menyesuaikan
perbedaaan waktu disini dan di Indonesia, atau biasa disebut jetlag. Sebagai
contoh, jam 5 sore (yang notabenenya jam 12 malam WIB) saya sudah mulai merasa
mengantuk dan lemas, dan akan terbangun di jam 11 malam, selanjutnya tidak bisa
tidur sampai pagi. Siklus seperti itu selalu saya alami selama kurang lebih 3
hari, sampai pada akhirnya tubuh saya bisa menyesuaikan dengan keadaan waktu
disini. Culture shock lainnya adalah terkait kebiasaan seringnya mengucapkan
sorry ataupun thank you bahkan kepada supir bis. Pertamanya saya
merasa aneh, tetapi lama kelamaan saya menganggap ini adalah sebuah kebiasaan
bernilai positif dalam mengapresiasi hal sekecil apapun dalam berkehidupan.
Pier yang berada di pesisir pantai |
Bournemouth adalah sebuah kota kecil
di pesisir pantai Inggris bagian selatan. Pertama kali saya berjalan-jalan
mengelilingi kota ini, saya langsung jatuh cinta dengan suasananya. Memang saya
sama sekali tidak pernah mengetahui bagaimana suasana kota lain di Inggris,
tetapi saya yakin bahwa kota ini adalah kota yang nyaman untuk ditinggali.
Terletak di bagian paling selatan
dari United Kingdom dan tepat di pinggir laut membuat kota ini mendapatkan
julukan the warmest place in United Kingdom. Pantai pasir putihnya pun
tidak buruk untuk sekelas Negara 4 musim. Namun saat musim ini (winter)
memang bukan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan di pantai, dingin bro.
Bournemouth's Eye |
Maskot kota ini dikenal sebagai
Bournemouth’s Eye. Sebuah balon udara besar yang terparkir di taman pusat kota.
Tidak mau kalah dengan London’s Eye, Bournemouth punya maskot dengan bentuk
lain yang juga tidak kalah menarik. Kita dapat menaiki balon udara ini di saat
tertentu, saya rasa mungkin pada saat memasuki musim spring ataupun summer.
Fakta menarik lainnya mengenai kota
ini adalah jumlah penduduknya. Kota sekecil ini tidak mempunyai jumlah penduduk
yang cukup banyak seperti kota-kota metropolis lainnya di Inggris. Akan tetapi
ketika memasuki summer, populasi manusia di kota ini bisa bertambah
bahkan sampai 3 kali lipatnya lho! (Sumber : Penduduk Lokal). Hal ini lah yang
melatarbelakangi Bournemouth sebagai salah satu destinasi top di Inggris ketika
summer.
Sedikit saja yang saya gambarkan
tentang keadaan awal saya disini. Kesimpulan dari semua penjelasan saya diatas
adalah : Bournemouth is perfect place to stay! Untuk siapapun yang
berkeinginan berkunjung ke kota ini, datanglah saat summer break, maka
kalian akan melihat sebuah kota kecil yang luar biasa ramai dan tetap nyaman! Bournemouth,
please be nice to me for this 1,5 years.
- Fajar
Kurniawan, Postgraduate Student of International Risk Management and
Finance, Bournemouth University, United Kingdom -
0 comments:
Posting Komentar