Sudah banyak hal-hal yang terjadi di 1 semester terakhir di tahun 2014 kemarin. Hal-hal yang banyak menentukan perubahan dalam hidup saya, petualangan saya serta kuliah saya. Hampir setengah tahun sejak blog ini terakhir kali update, padahal setengah tahun sebelumnya saya sudah sangat bertekad untuk terus memperbaharui blog ini secara konsisten, tetapi yaa keadaan berkata lain *alasan*. Satu hal yang sangat baik di selama tahun 2014 kemarin adalah : saya berhasil mencapai seluruh tujuan destinasi yang saya tuliskan di artikel awal tahun lalu (walaupun tidak semua objek yang saya inginkan saya dapatkan di tempat tersebut).
Dari kiri : Nyonyon, Saya, Jeanie, Arga |
Tahun 2014 menjadi salah satu dari berbagai tahun yang benar-benar berpengaruh bagi saya, karena di tahun ini saya telah menyelesaikan kewajiban terakhir saya sebagai mahasiswa yaitu Skripsi. Ya, kira-kira November lalu saya baru saja melakukan ujian sidang skripsi, dan disusul dengan Yudisium yang baru saya lakukan minggu lalu. Hal tersebut membuktikan bahwa masa transisi saya akan segera dimulai kembali, dimana dahulu saya bertransisi dari siswa SMP ke siswa SMA, dari siswa ke mahasiswa, dan kali ini dari mahasiswa ke seorang... pengangguran. Status wajib bagi para mahasiswa yang baru lulus adalah ini, pengangguran! Memang tidak sedikit juga mahasiswa yang sudah mendapatkan jaminan pekerjaan ataupun sekolah lagi sebelum mereka lulus, tapi menurut saya pribadi, golongan ‘status wajib pengangguran’ ini masih menjadi favorit bagi para fresh graduate.
Ada beberapa pertanyaan yang harus benar-benar ditekankan ketika kita akan lulus, yang pertama adalah : 1. Apa yang akan kita lakukan setelah kita lulus? 2. Apakah selama kuliah kita benar-benar menyerap ilmu? 3. Apakah kita merasa puas dengan kehidupan kuliah kita? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang paling tidak terngiang dalam kepala saya, saya kurang tahu dengan pikiran orang lain, mungkin ada lebih banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala mereka. Berikut ini adalah penjelasan dari pertanyaan tersebut.
Apa yang akan kita lakukan setelah kita lulus? Ini adalah pertanyaan yang sangat umum ditanyakan orang lain atau diri kita sendiri ketika kita mendekati hari kelulusan kita, atau bahkan jauh hari sebelumnya. Bagaimanapun juga, pertanyaan ini adalah pertanyaan pahit yang mau tidak mau harus kita jawab dengan sejuta angan-angan yang bahkan kita sendiri tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
Cara menjawabnya? Mudah! Kalau kita sudah memiliki rencana, sampaikan dengan tegas dan dibumbui dengan optimisme yang membuat pendengar cerita kita merasa kita hebat (jangan ditiru). Saya bercanda, maksud saya sebenarnya adalah supaya mimpi kita tersebut terus tertanam dalam pikiran, hati dan mulut kita. Ini adalah salah satu cara memunculkan sesuatu yang disebut ‘tekad’. Keajaiban tekad ini sudah saya lihat berkali-kali sejak SMA. Bahkan, tekad dapat membuat sesuatu hal yang tidak mungkin menjadi... setidaknya menjadi hampir mungkin (karena semua mungkin terjadi jika Allah menghendaki, amin).
Kita mempunyai mimpi bekerja di perusahaan ternama? Mempunyai usaha besar? Melanjutkan sekolah ke jenjang lanjut? Cukup tanamkan perasaan tersebut dalam-dalam ke pikiran, hati dan mulut kita. Pikirkan hal tersebut setiap saat, rasakan euforianya didalam hati setiap saat, kalau perlu ucapkan setiap saat. Ketika semua sudah saling bersinergi mempunyai tujuan yang sama, niscaya ‘tekad’ itu akan muncul dan menggerakan seluruh organ kita untuk membantu kita mencapai tujuan tersebut. Menurut saya, tubuh manusia bukanlah sebuah sistem egois yang akan membiarkan ‘bos-bos’ utamanya bekerja sendiri. Ketika pikiran, hati dan mulut telah menjadi satu, tangan, kaki, badan, mata, telinga akan bekerja membantu ‘bos-bos’ mereka mencapai tujuannya, inilah kekuatan tekad!
Jadi, jangan pernah takut untuk membuat sebuah rencana atau sebuah mimpi. Apa yang akan kita lakukan esok hari, adalah apa yang kita pikirkan sekarang. Apa yang kita lakukan sekarang, setidaknya adalah rencana yang berhasil dari sejuta rencana kita di masa lalu. Persiapkan rencana kita sebaik-baiknya, jangan pernah ragu untuk menceritakan kepada orang lain apa yang kita impikan di masa mendatang, karena itu adalah jalan menciptakan sebuah tekad.
Apakah selama kuliah kita benar-benar menyerap ilmu? Oh waw, ini benar-benar pertanyaan yang sangat berat. Saya sendiri pun mungkin akan kebingungan apabila pertanyaan ini ditanyakan langsung kepada saya. Saya dapat mengibaratkan pertanyaan ini dengan sebuah kegiatan diving. Diving adalah kegiatan penyelaman kedalam laut, dengan menggunakan perlengkapan khusus seperti pelampung, pemberat, tabung oksigen, kacamata gugel dan lainnya. Menyelam bukan hal yang mudah, kita harus bisa melawan arus yang sangat ganas di bawah permukaan laut, serta menahan dinginnya suhu air yang jauh dari jangkauan sinar matahari, terkadang risiko besar dapat kita temui ketika menemui ular laut, hiu, paus, atau ubur-ubur.
Namun diluar semua itu, dengan menyelam kita dapat melihat hal-hal baru di dalam air, hal-hal yang belum pernah kita lihat sebelumnya, ada yang menarik, ada yang menakutkan atau membosankan. Inilah perkuliahan! Ketika kita keluar dari air dan ditanyakan ‘apa yang kamu lihat dibawah?’, tentunya kita tidak akan bisa menjelaskan satu-persatu secara detail saja yang baru kita lihat, penjelasan maksimal yang bisa kita ceritakan adalah ‘dibawah sana indah, kita harus menjaganya’. Bagaimana kita menjaganya? Tentunya kita harus belajar lagi tentang hal tersebut.
Maka dari itu, dapat saya simpulkan bahwa semua ilmu yang kita pelajari di dunia perkuliahan tidak akan 100% menempel pada otak kita. Bahkan saya rasa 50% pun tidak tersangkut di otak saya *maaf kapasitas terbatas*. Tapi satu hal yang saya mengerti, dengan mengetahui berbagai macam jenis ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan, saya dapat memilih salah satu dan belajar memfokuskan diri kedalamnya. Sama seperti mempelajari bagaimana cara melindungi terumbu karang secara khusus, bukan ikan, bukan penyu, hanya terumbu karang.
Saran saya, jangan pernah merasa sekalipun bodoh apabila kita tidak mengerti apa-apa saja yang kita pelajari saat kuliah. Belajar itu membutuhkan proses panjang, dan waktu 4 tahun adalah waktu yang terlalu singkat untuk mempelajari semua itu, kita harus mempelajarinya lagi sepanjang kehidupan kita. Jadikanlah semua yang pernah kita ingat untuk dipelajari *yang ingat saja* sebagai patokan untuk merubah pola pikir kita sebelum menerima hal tersebut. Dengan begitu, pola pikir kita akan menjadi semakin dewasa dalam menerima hal yang baru, dan akan terus berkembang dengan fokusnya hal baru yang kita pelajari.
Apakah kita merasa puas dengan kehidupan kuliah kita? Termasuk dalam jenis mahasiswa apakah kita? Kura-kura? Kupu-kupu? Kuda-kuda? Kunang-kunang? Aah sudahlah, itu bukan hal yang seharusnya kita bahas. Kita pasti pernah memutuskan untuk menjadi salah satu jenis mahasiswa tersebut ketika awal menjadi mahasiswa baru dulu. Lalu apa yang membuat kehidupan kuliah kita tidak memuaskan?
Merasa tidak puas itu tidak masalah, tapi jangan pernah kita merasa menyesal telah menjalani kuliah seperti yang telah kita jalani. Karena ketidakpuasan itu masih lebih baik dibandingkan penyesalan. Ketidakpuasan akan menghasilkan upaya dan usaha lebih untuk menjadikan diri kita lebih puas, yang berarti akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Walaupun saya tidak mengatakan ini adalah hal yang baik, tapi akan jauh lebih baik daripada kita menyesali yang sudah terjadi tanpa melakukan apa-apa selain meratapi keadaan.
Masih belum terjawab? Apakah kamu benar-benar merasa tidak puas dengan kehidupan kuliahmu? Jawabannya mudah, kuliah saja lagi.
-Fajar Kurniawan, (Ex) Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada-
0 comments:
Posting Komentar