Agroindustri merupakan salah satu sektor yang sangat prospektif dikembangkan di Indonesia. Melalui agroindustri, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang melimpah ruah, akan dapat dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memiliki nilai dan manfaat yang jauh lebih bertambah dari kondisi sebelumnya. Sejak reformasi, salah satu diskursus yang mengemuka dalam pembangunan ekonomi nasional adalah perlunya shifting paradigm agar pembangunan lebih berbasis pada pertanian dalam arti luas sehingga industri yang seharusnya dikembangkan adalah industri manufaktur agro (agroindustri).Namun sangat disayangkan, kesadaran mengenai pentingnya hal tersebut, tidak dikenal luas di kalangan masyarakat, terutama para generasi penerus bangsa.
Akibatnya, peluang pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dari kekuatan bangsa tersebut terkubur dan tidak terperhatikan, sehingga petumbuhan dan perkembangan nasional pun menjadi tidak optimal. Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Diakui atau tidak, ekonomi Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah tidak bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini, khususnya pertanian dalam arti luas.Oleh karena itu, diperlukan keberanian untuk melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya.
Seperti diketahui, keunggulan komparatif perekonomian Indonesia adalah besarnya potensi sumber daya alam terbarukan (renewable resource) dan pengalaman agroindustri sebagai penyelamat ekonomi kita selama krisis. Hasil kajian akhir tahun 2007 IPB, menunjukkan prospek agroindustri 2008 cukup cerah, mengingat adanya tren kenaikan harga dan peluang pasar global sangat besar.Langkah ini tentu perlu didukung dengan strategi peningkatan daya saing ekspor komoditas agroindustri untuk melakukan penetrasi di pasar internasional. Strategi ini dapat ditempuh dengan pemetaan beberapa komoditas unggulan terlebih dulu, kemudian menyiapkan sejumlah strategi fungsional dan operasional pendukungnya. Dengan demikian, kebijakan yang dibuat pemerintah diharapkan lebih fokus, sistematis dan tepat sasaran.Komoditas unggulan Pada tahun 2006, Departemen Perdagangan pernah menganalisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dan kehutanan Indonesia. Dengan berbagai pendekatan seperti analisis komparatif dan trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran geografis; ternyata diketahui tiga komoditas yang memiliki indeks komposit daya saing tertinggi dan mempunyai prospek pengembangan yaitu minyak sawit, karet alam dan kakao.
Kelapa sawit merupakan komoditas agroindustri terpenting dan selalu menjadi sorotan dalam kinerja ekspor nonmigas Indonesia. Saat ini, jumlah dan nilai ekspor CPO Indonesia mencapai 60% dari total perdagangan dunia. Potensi produksinya juga sangat mendukung dengan pertambahan luas kebun kelapa sawit mencapai 5 juta ha atau meningkat 87% dalam 20 tahun terakhir. Prospek pengembangan ke depan juga cukup cerah, mengingat kebutuhan energi alternatif berbasis sawit (biodiesel) dunia sangat besar. Bahkan, Gapki memprediksi ekspor CPO 2008 mencapai 13,6 juta metrik ton dari total produksi 18,4 juta metrik ton.Karet alam termasuk komoditas unggulan agroindustri yang diharapkan pengembangannya akan memberi multiplier effect bagi ekonomi Indonesia. Produksi karet alam terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2005 produksi karet alam mencapai 2,3 juta ton dengan pertumbuhan 9,2% dibandingkan dengan 2001 dan menduduki peringkat kedua dunia setelah Thailand. Menurut IRSG, peluang ekspor karet alam akan terus meningkat karena tingginya pertumbuhan industri otomotif dunia sebagai penghela agroindustri ini dan stabilnya harga karet alam dalam kurun waktu 2006-2025 pada US$2/kg.
Indonesia juga memiliki potensi kakao sangat besar dan menduduki posisi kedua sebagai produsen kakao dunia. Berdasarkan analisis Departemen Pertanian tahun 2007, proyeksi total ekspor kakao Indonesia akan mencapai 624.241 ton, atau meningkat 27% dari volume ekspor tahun 2006. Pada tahun 2008 diproyeksikan total ekspor kakao Indonesia mencapai 701.269 ton atau meningkat 12% dari tahun 2007. Hanya saja, industri kita masih mengekspor kakao dalam bentuk biji dan bubuk kakao, sehingga penciptaan nilai tambahnya masih minim.Strategi 2008Peluang pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6,8% kian mengecil karena terhambat faktor eksternal adanya krisis migas global. Kondisi ini sebenarnya peluang bagi pelaku agroindustri apabila dapat memanfaatkan financial overliquidity global maupun nasional untuk mendorong investasi baru besar-besaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan strategi dengan menstimulasi komoditas agroindustri unggulan nasional di atas agar lebih berdaya saing di pasar internasional dalam rangka menghela sektor-sektor ekonomi lainnya.Secara umum, strategi pemantapan ekspor harus mengoptimalkan tiga faktor utama penentu daya saing yaitu mutu (quality), biaya (cost) dan penyediaan (delivery). Selain juga harus memerhatikan karakteristik komoditas agroindustri yaitu mudah rusak (perishable), musiman dan kamba.
Dengan demikian, strategi pemantapan daya saing ekspor yang dapat ditempuh antara lain modernisasi peralatan dan teknologi, peningkatan kapasitas SDM, diversifikasi produk-produk olahan, penguatan kelembagaan, peningkatan mutu, stabilisasi harga produk, dan pengembangan jejaring.Operasionalisasi strategi-strategi di atas perlu didukung sistem insentif bagi para pelaku agroindustri, di samping sistem pendukung lainnya. Beberapa sistem pendukung yang diperlukan itu antara lain berupa dukungan perbankan terutama bank ekspor, dukungan kepabeanan, dukungan transportasi, dan infrastruktur ekonomi lainnya. Selain itu, diperlukan optimalisasi fungsi duta besar dan atase perdagangan dalam market intelligence dan lobbying ke negara-negara tujuan ekspor utama untuk mengurangi berbagai hambatan tarif maupun nontarif bagi produk agroindustri Indonesia.Jika strategi ini berjalan mulus dengan dukungan penuh pemerintah baik eksekutif maupun legislatif, bukan tidak mungkin kebekuan dalam dinamika ekonomi nasional dapat mencair. Tahun 2008 akan ditandai dengan bergeraknya sektor riil, terbukanya kesempatan kerja, dan jumlah kemiskinan akan menurun. _Sumber : http://www.gib.or.id/isibuletin.php?&…
1 comments:
thnks,,dah buad ttg agroindustri,,lumyan lega buad besok
Posting Komentar